Wahai Isteri, Bersabarlah!
Imam Nawawi Al-Bantani (Al-Jawi) pernah menuliskan keagungan Fathimah Az-Zahra ketika berbicara masalah hak dan kewajiban suami isteri.
Suatu hari Rasulullah saw menjenguk Az-Zahra. Ketika itu ia sedang membuat tepung dengan alat penggiling sambil menangis.
“Kenapa menangis, Fatimah?” tanya Rasulullah, “Mudah-mudahan Allah tidak membuat matamu menangis lagi.”
“Ayah,” Fatimah menjawab, “Aku menangis kerana batu penggiling ini, dan lagi aku hanya menangisi kesibukanku yang silih berganti.”
Rasulullah saw kemudian mengambil tempat duduk di sisinya. Fatimah berkata, “Ayah, demi kemuliaanmu, mintakan kepada Ali supaya membelikan seorang budak untuk membantu pekerjaan-pekerjaanku membuat tepung dan menyelesaikan pekerjaan rumah.”
Setelah mendengar perkataan puterinya, Rasulullah bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju tempat penggilingan. Beliau memungut segenggam biji-bijian gandum dimasukkan ke penggilingan. Dengan membaca Bismillaahirrahmaanirrahiim maka berputarlah alat penggiling itu atas izin Allah. Beliau terus memasukkan biji-bijian itu sementara alat penggiling terus berputar sendiri, sambil memuji Allah dengan bahasa yang tidak dipahami manusia. Alat penggiling itu terus berjalan sampai biji-bijian itu habis.
Rasulullah saw berkata kepada alat penggiling itu, “Berhentilah atas izin Allah.” Seketika alat penggiling itu pun berhenti. Beliau berkata sambil membacakan ayat Al-Quran,
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya, dan mereka selalu mengerjakan segala yang diperintahkan.”
(Surah At-Tahrim:6)
Merasa takut jika menjadi batu yang kelak masuk neraka, tiba-tiba batu itu bisa berbicara atas izin Allah. Ia berbicara dengan bahasa Arab yang fasih. Selanjutnya batu itu berkata, “Ya Rasulullah, demi Zat Yang Mengutusmu dengan hak menjadi Nabi dan Rasul, seandainya engkau perintahkan aku untuk menggiling biji-bijian yang ada di seluruh Timur dan Barat, pastilah akan kugiling semuanya.”
Nabi saw bersabda, “Hai Batu, bergembiralah kamu. Sesungguhnya kamu termasuk batu yang kelak dipergunakan untuk membangun gedung Fatimah di syurga.” Seketika itu batu penggiling bergembira dan berhenti.
Nabi saw bersabda kepada puterinya, Fatimah Az-Zahra, “Kalau Allah menghendaki hai Fatimah, pasti batu penggiling itu akan berputar sendiri untukmu. Tetapi Allah menghendaki untuk mencatat kebaikan-kebaikan untuk dirimu dan menghapus keburukan-keburukanmu serta mengangkat darjatmu. Hai Fatimah, setiap isteri yang membuatkan tepung untuk suami dan anak-anaknya, maka Allah mencatat baginya memperoleh kebajikan dari setiap biji yang tergiling, dan menghapus keburukannya serta meninggikan darjatnya.
Hai Fatimah, setiap isteri yang berkeringat di sisi alat penggilingnya kerana membuatkan bahan makanan untuk suaminya, maka Allah memisahkan antara dirinya dan neraka sejauh tujuh hasta. Hai Fatimah, setiap isteri yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisirkan rambut mereka dan mencucikan baju mereka, maka Allah mencatatkan untuknya memperoleh pahala seperti pahala orang yang memberi makan seribu orang yang sedang kelaparan, dan seperti pahala orang yang memberi pakaian seribu orang yang tidak berpakaian.
Hai Fatimah, setiap isteri yang tidak menjaga tetangganya, maka Allah kelak akan mencegahnya (tidak memberi kesempatan baginya) untuk minum air dari telaga Kautsar pada hari kiamat. Hai Fatimah, tetapi yang lebih utama dari itu ialah keredhaan suami terhadap isterinya. Sekiranya suamimu tidak meredhaimu, tentu maka aku tidak akan mendoakan dirimu.”
“Bukankah engkau mengerti, Hai Fatimah, bahawa redha suami itu menjadi bagian dari redha Allah, dan kebencian suami merupakan bagian dari kebencian Allah.”
Hai Fatimah, manakala seorang isteri mengandung, maka para malaikat memohon ampun untuknya, dan setiap hari dirinya dicatat memperoleh seribu kebajikan dan seribu keburukannya dihapus. Apabila sampai rasa sakit menjelang waktu melahirkan, maka Allah mencatatkan untuknya memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Apabila telah melahirkan, dirinya terbebas dari segala dosa seperti keadaannya setelah dilahirkan ibunya.”
Hai Fatimah, setiap isteri yang melayani suaminya dengan niat yang benar, maka dirinya terbebas dari dosa-dosanya seperti pada hari dirinya dilahirkan ibunya. Ia tidak keluar dari dunia (yakni mati) kecuali tanpa membawa dosa. Ia menjumpai kuburnya sebagai pertamanan surga. Allah memberinya pahala seperti seribu orang yang berhaji dan berumrah, dan seribu malaikat memohonkan keampunan untuknya hingga kiamat.”
“Setiap isteri yang melayani suaminya sepanjang hari dan malam hari disertai hati yang baik, ikhlas dan niat yang benar, maka Allah mengampuni dosanya. Pada hari kiamat kelak dirinya diberi pakaian berwarna hijau, dan dicatatkan untuknya pada setiap rambut yang ada ditubuhnya dengan seribu kebajikan, dan Allah memberi pahala kepadanya sebanyak seratus pahala orang yang mengerjakan haji dan umrah.”
Hai Fatimah, setiap isteri yang tersenyum manis di muka suaminya, maka Allah memperhatikannya dengan penuh rahmat.”Hai Fatimah, setiap isteri yang menyediakan diri untuk tidur bersama suaminya dengan sepenuh hati, maka ada seruan yang ditujukan kepadanya dari langit, `Hai Wanita, maka hadapkanlah dengan membawa amalmu. Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang berlalu dan yang akan datang.”Hai Fatimah, setiap isteri yang menyapu minyak rambut suaminya dan juga menghiaskan janggut, kumis dan memotong kuku-kukunya, maka Allah kelak memberi minum kepadanya dari rahiqim makhtum dan dari sungai yang ada di syurga.
Bahkan Allah kelak akan meringankan beban sakaratul maut. Kelak dirinya akan menjumpai kuburnya bagaikan taman surga. Allah mencatatkan dirinya terbebas dari neraka dan mudah untuk melalui titian sirath.
Sumber daripada http://www.fitrahpower.com
Tiada ulasan:
Catat Ulasan